Minggu, 28 November 2010

Saat Yang Waras ’Berguru’ Pada Yang ’Sakit’...!!


Wanita berkulit sawo mantang ini memiliki postur tubuh mungil. Wajahnya yang teduh, terlihat selalu dibasuhi dengan air wudhu. Mukena putih, kain sarung kusam serta sajadah cap ’bantuan’, terlihat sangat akrab dengan dirinya. Selang satu jam sekali, dia selalu meminta izin pada tamu yang hadir ke rumahnya, untuk membiarkan dia melaksanakan solat sunat.

Namun, sayangnya bukanlah faktor kealimannya itu yang membuat para tamu-tamu ini menyempatkan waktu untuk berkunjung ke rumahnya di Desa Gani Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Tamu ini datang, karena rantai dan gembok di kakinya.

Ya, Fatimah, 37, memang sedang menderita gangguan jiwa. Anehnya, perilaku ketidakwarasan Fatimah ini justru ditunjukan dengan sikap kerajinan solat.

”Sudah cukup dulu Fatimah, bapak-bapak ini ingin bicara dengan kamu sebentar,”ungkap Adnan, 45, suami dari wanita itu. Tapi bukannya menuruti, Fatimah terus melanjuti solatnya hingga enam kali salam, atau 12 rakaat.

Selesai solat, Fatimah baru mau kembali menyapa tamu-tamunya tersebut. Dia sepertinya memang mengerti akan maksud dan tujuan kedatangan dari para tamu-tamunya ini.

”Untuk apa bapak-bapak datang kemarin, saya kah sudah sehat?”ungkap dia. Pertanyaan ini menimbulkan kerutan kening di antara para tamu-tamu yang hadir. Para tamu ini adalah pegawai dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh.

”Bagaimana kami tidak datang kemarin..!! Fatimah dari tadi solatnya kebanyakan,”ucap sesosok tamu perempuan. Mereka, datang mewakili Pukesmas Ingin Jaya.

”Nyan sembahyang sunat buk..!! Dub nabi yang ka geujamin syurga mantong sembahyang sunat, apalagi geutanyoe. Bek peugah droe ureng sehat apabila hana sembahyang,”balas Fatimah. Yang hadir tersentak dengan jawaban dari sosok yang dianggap gila ini.

Melihat hal ini, seorang pria yang terlihat paling tua dari barisan tamu, akhirnya ’angkat’ bicara. Dia adalah Direktur RSJ Aceh, Saifuddin AR. ”Oke kalau begitu Fatimah ke sini saja. Ajari saya kitab ini,”ucap dia.

Mendengar permohonan ini, Fatimah terlihat senang. Diambilkannya kitab perukunan, yang berisi tentang hukum-hukum dalam beribadah, untuk dijelaskan pada pria tadi. Bacaan arab-jawinya sangat lancar, lengkap dengan arti dan penjelasan. Dia juga membetulkan beberapa tulisan yang kurang terang dalam kitab tersebut. Maklum, usia kitab itu sendiri, terlihat sudah hampir sebaya dengan Fatimah.

”Get that, sudah hamper sehat dia. Tapi kenapa juga kamu suka memukul anak-anak,”tanya Saifuddin kepada Fatimah. Pertanyaan ini tidak langsung dijawab. Fatimah menunduk. ”Nyan watee saket,”akui dia.

”Oke kalau begitu, kamu ikut kami ke RSJ ya, disana kita sama-sama belajar dan berobat nanti,”ajak saifuddin.

”Jet, asal bek kamar dhalia beh pak..!! kamarnya kotor, jadi lon hanjeut lon seumbahyang enteuk,”pinta dia. Permintaan ini langsung disambut tawa oleh tamu yang hadir.

Menurut Adnan, 45, suami pasien, penyakit yang diderita oleh isteri tercintanya ini, diakuinya sudah mulai terlihat di awal-awal perkenalan mereka (sebelum menikah-red). Namun karena cinta, dirinya mengaku tetap menikahi pasien hingga akhirnya dikaruniain lima anak yang kini sudah tumbuh dewasa.

”kalau sudah sakit (kumat-red) dia sering melakukan solat hingga belasan rakaat. Dia juga tidak mau meninggalkan solat lima waktu dan solat lainnya, namun saat berkomunikasi tidak nyambung dan sering memukul anak-anak tanpa sebab. Karena hal ini, makanya saya merantai dia,”ucap Adnan.

Menurutnya, gangguan jiwa yang diderita oleh isterinya ini dirasakan paling parah dalam dua tahun terakhir. Pasien sering berpergian ke daerah-daerah yang jauh dengan berjalan kaki, dan kadang-kadang membawa serta dua anaknya yang masih kecil.

Jika sedang waras, lanjut dia, pasien cuma berdiam diri di rumah dan tidak mau mengerjakan tugas apapun, termasuk pekerjaan rumah tangga. Imbasnya, semua pekerjaan tersebut terpaksa ditangani oleh dirinya dan putrinya yang paling tua, yang kini masih berstatus sebagai siswa kelas 2 SMA.

”Saya merantainya hanya untuk keamanan saja biar tidak mencelakai anak-anak kami. Saya ingin dia diobati hingga sembuh,”ucap Adnan lagi di hadapan Drs. H. Saifuddin, Kepala Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh, saat menjemput pasien di rumahnya.

Sementara itu, Saifuddin, Kepala Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Aceh, mengatakan penjemputan pasien jiwa ini merupakan salah satu bagian dari deklarasi bebas pasung yang dicentuskan oleh Pemerintah Aceh selama ini. Dirinya juga berharap, setiap keluarga yang anggota keluarganya menderita gangguan jiwa, agar dapat segera diberitahukan kepada pihaknya.

”Ini agar Aceh terbebas dari perilaku pasung. Saat ini banyak penderita gangguan jiwa yang masih dipasung oleh keluarganya. Mereka masih malu jika hal ini diketahui oleh orang, padahal tidak demikian,”tandas dia.

Terlepas dari permasalahan tersebut, serta adanya anggapan gila terhadap sosok seperti Fatimah. Jawaban dari wanita itu sebenarnya amatlah logis untuk keadaan seperti sekarang. Alangkah aneh, ketika banyak orang yang saat ini mengaku waras, tetapi malah meninggalkan shalat. Sedangkan sosok seperti Fatimah sendiri, dicap gila. Namun keikhlasan dan senyum Fatimah seakan membiarkan hal ini terjadi

0 komentar:

Posting Komentar

Setiap pengunjung blog ini dapat mempostingkan komentarnya sesuai pendapat masing-masing mengenai isi blog ini. Pengelola berhak menyunting setiap komentar yang berbau SARA dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kritikan yang demokratis.

 
Free Host | lasik surgery new york