Rabu, 01 September 2010

Hidayah Itu Datang di Awal Ramadhan..


Mulutnya tampak sedang berkomat-kamit, tapi tidak jelas apa yang sedang diucap. Beberapa kali, ia tampak menyapu peluh yang turun membahasi pipi. Dengan kopiah hitam dan baju koko putih, sosok itupun mengucapkan dua kalimah syahadat.

Hari itu, Jum’at (13/8) memang terasa berbeda dengan hari biasanya. Sinar mentari tidaklah seterik biasanya. Butiran peluh yang turun dari tubuh Hendri Silitonga juga bukan karena dia sedang bekerja seperti biasa.

Peringatan jum’at tersebut terasa berbeda. Selain karena terdapat dalam bulan ramadhan yang menjadi kemuliaan dari masyarakat muslim dunia. Hari Jum’at itu, juga merupakan awal baru dari hidup Muhammad Sabri, sebagai saudara baru kaum muslim.

Ketika ratusan raut wajah mendadak tegang menanti lafazt khusus yang keluar dari mulut Hendri. Dirinya justru tersenyum cerah sebagai sosok Muhammad Sabri.

Ya, Hendri Silitonga, sebenarnya adalah warga asal Sumatra Utara yang bekerja sebagai buruh bangunan di Aceh sejak awal 2007. Bertepatan pada Jumat (13/8) lalu, bertempat di Masjid Jamik Kampus Unsyiah, dirinya mengucapkan dua kalimah syahadat, atau masuk islam.

Pensyahadatan Hendri atau Muhammad sabri ini dibimbing langsung oleh Imam Masjid Drs. Tgk. M. Nur Ismail LML dan disaksikan Rektor Unsyiah Darni M. Daud dan sejumlah hadirin yang hadir.

Hendri Silitonga yang dulunya beragama Kristen Protestan. Pria berkulit hitam manis ini akhirnya membulatkan niatnya untuk menjadi muslim dan diganti namanya menjadi Muhammad Sabri. Dirinya juga telah melewati ribuan episode kelam dalam hidupnya.

Seusai pensyahadatan, muhammad Sabri, nama islamnya dari Hendri Silitonga, mengatakan keinginannya untuk masuk ke agama Islam timbul dari hatinya dengan penuh keiihklasan dan tidak ada paksaan dari orang lain serta setelah pertimbangan yang matang dan tidak ada keraguan sedikitpun.

“Saya sudah merantau ke mana-mana di seluruh Indonesia, tapi ketika tiba di Aceh terasa berbeda dengan tempat lain. Lingkungan tempat saya tinggal sangat baik sehingga timbul dalam hati saya untuk masuk ke agama Islam. Dan ini yang membuat saya sangat terharu,” katanya.

Sabri menambahkan kedua orang tuanya tidak melarang jika ia berbeda keyakinan karena sebelumnya adiknya juga sudah masuk Islam. “Orang tua dan keluarga tidak menentang jika saya mau memilih agama Islam, dan mereka menyerahkannya kepada saya,” jelas Sabri anak tertua dari lima bersaudara.

Jelasnya, keinginan untuk masuk Islam pertama kali diutarakan Muhammad Sabri ketika bekerja sebagai buruh bangunan di rumah Drh. Syahidin, dosen FK Unsyiah di Prada. Oleh keluarga tersebut, dirinya mengaku dibimbing hingga akhirnya resmi memeluk islam seperti sekarang ini.

Sementara itu Rektor Unsyiah Darni M Daud mengatakan akan memberi bantuan dan bimbingan kepada Muhammad Sabri, sehingga bisa mengamalkan ajaran islam sesuai dengan syariat.

Darni M Daud juga meminta supaya Muhammad Sabri tetap menjaga hubungan silaturahmi dengan keluarga. “Walaupun ananda sudah berbeda keyakinan ke agama Islam, hubungan manusiawi tetap dijalin dengan keluarga baik di sini maupun dengan keluarga di Sumtera Utara,” katanya.

Pengsyahadatan tersebut selain dihadiri oleh pembatu rektor dan dosen Unsyiah juga dihadiri oleh keluarga Syahidin, Kepala Desa, Teugku Imum dan tokoh masyarakat desa Kopelma dan Prada.

0 komentar:

Posting Komentar

Setiap pengunjung blog ini dapat mempostingkan komentarnya sesuai pendapat masing-masing mengenai isi blog ini. Pengelola berhak menyunting setiap komentar yang berbau SARA dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kritikan yang demokratis.

 
Free Host | lasik surgery new york