Sabtu, 11 Juni 2011

Ujian Nasional


Ami terlihat gelisah. Sejak dari tadi, dia terus memandang Hanphone (HP) yang berwarna putih. Dia seperti mengharapkan sesuatu muncul dari benda elektronik tersebut, tapi tidak jelas apa yang dikehendakinya.

”Apa yang kamu tunggu dek? SMS dari pacar ya !”tanya Safrida, sang kakak. Dia lebih tua tiga tahun dari Ami, dan sudah menempuh pendidikan di Unsyiah. Salah satu universitas terfavorit yang ada di Aceh. Sedangkan Ami yang disindir oleh kakaknya itu, masih duduk di kelas 3 pada salah satu SMA di daerah Aceh Besar.

Antara Safrida dengan Ami memang sudah terbiasa saling menggoda. Apalagi jika mereka berdua sedang berada di tempat tidur. Demikian juga yang terjadi saat ini. Akan tetapi, Ami ternyata tidak merespon perkataan kakaknya seperti biasa, dia tetap dengan aktivitasnya semula, yaitu mengamati HP yang dipegangnya sejak dari tadi.

”Apa Rahmad selingkuh ya dek ? atau dia marah karena kelakuaanmu yang sering kekanak-kanakan?”tanya Safrida serius. Dia sepertinya tidak tahan melihat adek semata wayangnya itu cemberut.

Safrida juga mengetahui bahwa adiknya selama ini sedang menjalin hubungan khusus dengan seorang remaja bernama Rahmad yang juga masih berstatus pelajar 3 SMA. Mungkin, hal ini yang menyebab adiknya menjadi cemberut serta memandang Hp terus menerus.

”Dasar abg, sedikit-sedikit berantem sama pacar,”ucap Safrida. Namun perkataan yang terakhir ini menimbulkan reaksi dari lawan bicaranya. Ami yang sejak tadi cemberut berusaha menoleh kearah kakaknya.

”Kak, kalau tidak tahu permasalahannya, jangan ikut campur. Ini tidak ada hubungannya dengan cowok, apalagi Rahmad,”ucap Ami seketika. Respon ini ternyata menimbulkan rasa penasaran dari sang kakak. Pasalnya, tidak biasanya Ami menjadi cemberut.

Adiknya itu juga terbilang gadis cerewet selama ini. Jika ada sesuatu hal yang tidak disenanginya, dia selalu protes, termasuk kepada orangnya yang berprofesi sebagai PNS biasa di jajaran Pemerintahan Kota Banda Aceh.

Hal inilah yang membuat Safrida selalu mengalah setiap dilihat adiknya sedang kesal terhadap dirinya. Padahal, persoalan yang menyebabkan kemarahan tersebut, tidak lebih karena sarung bantal yang sobek atau kamar tidur mereka kotor gara-gara dirinya.

Tapi tidak demikian yang terjadi saat ini. Ami tetap diam dan cemberut seribu bahasa seperti sedang menantikan sesuatu. Selaku kakaknya, Safrida menilai ada sesuatu perkara besar yang sedang dinantikan oleh adiknya tersebut.

”Ayolah dek katakan, apa yang membuatmu menjadi cemberut. Masak, si cerewet bisa caem seperti ini,”ulang Safrida lagi.

”Lho, bukannya kakak senang jika Ami diam seperti sekarang. Biasanya, jika Ami ribut, selalu diusir dari kamar,”jawab sang adik yang membuat Safrida mengalah. Dia sebenarnya kangen dengan kecerewetan adiknya malam ini. Maklum, sejak siang tadi, aktivitasnya selalu dipenuhi dengan aktivitas perkulihan dan kegiatan jurnal ilmiah. Kegiatan ini membuat kepalanya terasa membeku dan membutuhkan hiburan. Biasanya, tingkah Ami-lah yang membuat dirinya tertawa lepas.

”Sudah sana tidur, Ami lagi malas ngobrol dengan kutu buku,”tegas adiknya.

Merasa disindir, Safrida mencoba menyerah. Dia bergegas mengambil bantal guling yang tadi tertinggal di ruang tamu saat nonton televisi. Setelah itu, dirinya mencoba memejamkan mata untuk menuju ke alam mimpi seperti biasanya. Sayangnya, keinginannya tersebut kembali terganggu dengan suara histeris Ami.

”Ada apa? Ada apa ? ”tanya Safrida dalam keadaan setengah sadar. Sedangkan Ami tidak menjawab pertanyaan kakaknya tersebut. Dia masih terlalu sibuk dengan penemuan terbarunya. ”Akhirnya, jawaban UN untuk besok pagi, masuk juga melalu hanphone,”kata dia. Jawaban ini, tentu saja membuat Safrida tambah melongo tak karuan.

0 komentar:

Posting Komentar

Setiap pengunjung blog ini dapat mempostingkan komentarnya sesuai pendapat masing-masing mengenai isi blog ini. Pengelola berhak menyunting setiap komentar yang berbau SARA dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kritikan yang demokratis.

 
Free Host | lasik surgery new york