Selasa, 05 April 2011

Calon Mantu


Sudah dua hari terakhir ini, Yusuf tampak uring-uringan. Wajahnya sering cemberut dan tampak pucat. Sang orator ulung kala masih berstatus mahasiswa ini juga sering kali terlihat sedang melamun di kamar rumahnya, di Tangse. Wak Dirman dan Nek Laila-pun jadi ikut-ikutan sedih ketika melihat anak semata wayangnya itu berperilaku seperti orang tidak waras.

”Si gam kita, mungkin ingin segera dikawinkan pak ?”celetus Nek Laila kegirangan pada suaminya, Wak Dirman. Sedangkan sang suami yang bernama asli Sudirman itu masih tetap cemberut. Pasalnya, dia masih gak yakin kalau anak semata wayangnya yang masih berumur seperempat abad itu udah ingin cepat-cepat melangkah ke pelaminan seperti teman-temannya yang lain.

”Apanya yang tidak yakin ? Toh, waktu kita menikah dulu, bapak berumur 20 tahun. Jauh lebih muda 5 tahun dari usia Yusuf saat ini kah ?”tanya Nek Laila lagi, seperti mengerti apa yang dipikirkan oleh suaminya.

”Dulu, waktu bapak ingin nikah sama saya, kata ibu, bapak juga sering melamun di kamar. Hampir semua sisi kasur, bapak sobek ketika keinginan bapak belum dipenuhi oleh orang tua. Nah, kini si gam mempraktek hal yang sama yang pernah dilakukan oleh ayahnya. Kok itu aja tidak dipahami sie ?”tambah Nek Laila lagi.

Dikatakan begitu, Wak Dirman jelas cemberut. Dia sebenarnya agak risih ketika isteri tercintanya tersebut mengungkit perilaku-nya di masa lalu. Prilakunya untuk mendapatkan Nek Laila sebagai isteri, memang boleh dikatakan, sedikit kekanak-kanakan, jika di ingat pada saat ini.

Sedangkan Nek Laila sendiri, sebenarnya sudah sangat mengharapkan rumahnya diisi kembali oleh suara bayi. Ya, dia sudah sangat mengharapkan Yusuf untuk segera menikah dan memberikannya seorang cucu.

Dirinya, dulu juga terpaksa harus menunggu 15 tahun lamanya hanya untuk mendapatkan seorang bayi bernama Yusuf. Pada awal-awal pernikahannya dengan Wak Dirman, dia sering kali keguguran sehingga diharuskan menunggu waktu yang lama untuk boleh mengandung lagi.

Nah, di usianya yang tergolong senja, atau 58 tahun. Dia sangat mengharapkan impiannya itu segera terwujud. Apalagi, Yusuf tergolong pemuda yang cerdas dan taat agama. Yusuf pun kini sudah berstatus PNS, sehingga bisa dengan mudah menaklukan hati seorang Mertua.

”Mikir apalagi sie pak ? tidak mau kan Yusuf jadi lajang tua ? toh, banyak pemuda sebayanya yang belum memiliki pekerjaan pun sudah menikah,”ungkap Nek Laila lagi setelah sekian lama menunggu jawaban dari suaminya, tetapi tidak juga muncul.

Mendengar harapan besar dari istri tercintanya tersebut, Wak Dirman sebenarnya juga berkeinginan yang sama. Namun dia, tidak ingin bertindak sebagai orang tua yang otoriter seperti masa-masa Siti Nurbayah di Sumantra Barat. Tetapi, disisi lain, dirinya juga takut menanyakan perihal calon pasangan yang telah disensor oleh Yusuf selama ini. Takut dikatakan mengintervensi sang anak. Jadi, dirinya merasa serba salah.

Setelah sekian lama dia berpikir, Wak Dirman pun akhirnya bangkit dari tempat duduknya. Dia memutuskan pergi ke halaman rumahnya, kemudian melirik kiri kanan, serta kembali lagi ke ruang tamu. ”Dimana diparkirkan sepeda bapak ?”tanyanya tiba-tiba pada Nek Laila. Sang istri yang dari tadi melamun dan tidak melihat sang suami keluar-pun terkejut.

”Sepeda Onthel bapak dimana mak?”ulang Wak Dirman lagi. ”Oh, di belakang rumah pak. Tadi di pinjam si Amin, dan pas dikembalikan, ibu bilang suruh parkir di belakang saja,”jawab Laila hingga Wak Dirman pun bergegas ke lokasi yang dituju.

Sebelum menaiki sepeda antiknya itu, Wak Dirman memeriksa dengan seksama. Siapa tahu, ban sepeda bocor atau ada yang rusak, pikir dia. Namun ternyata hal itu tidak terjadi, Wak Dirman pun mengayuh sepedanya dengan pelan meninggalkan rumahnya.

”Pak mau kemana ? pembicaraan kita belum selesai ?”seru Nek Laila dari ruang tamu hingga membuat Wak Dirman menghentikan sepeda tiba-tiba. ”Ini mau tanya solusi pada ahlinya,”jawab dia. Jawaban ini membuat Nek Laila berkerut kening, ’Pada ahli ?.

****

”Jadi kalian yakin, si Yusuf hingga hari ini belum punya calon ?”selidiki Wak Dirman di pos ronda, yang menjadi tempat mangkal para pemuda desa. Dua orang yang selalu menghabiskan waktunya disana, adalah Maimun dan Syahrul. Mereka adalah teman akrab Yusuf sejak SD, namun bedanya mereka berdua sudah menikah.

Kebiasaan di kampung, jika seorang pemuda yang sudah remaja, pasti akan cepat-cepat dinikahkan orang tuanya bila udah punya dambaan hati. Takut, terjerumus dalam perbuatan maksiat, kata mereka.

”Yakin wak,”jawab Maimun. ”Iya yakin, soalnya dia pernah pacaran sekali waktu SMA sama anak kampung sebelah, namun gagal. Sampai hari ini, dia belum berani lagi deketi cewek, padahal kami selalu mengcomblangi dengan hampir semua anak gadis yang ada di desa kita,”tambah Syahrul lagi.

”Kami comblang sama anak pak Daud, yang baru mendapatkan gelar sarjana di Banda Aceh, katanya terlalu hitam. Terus, pas di deketi dengan si Maisarah, cucunya Pawang Ramli yang berkulit putih mulus, kata Yusuf, belum sarjana. Jadi, dia tetap ada alasan untuk gak mau,”sambung Maimun. Wak Dirman pun cuma mengangguk kecil.

”Pernah sie dia kesemsem dengan si Yanti, anak pak Sekdes kita. Tapi sayangnya, malah si Yanti yang gak mau sama Yusuf. Orangnya cantik, kulit putih, serta berstatus perawat di Pukesmas kecamatan pula,”jelas Syahrul lagi.

Pertemuan mereka dengan Wak Dirman ini, ternyata dijadikan sebagai ajang pelampiasan kekesalan Syahrul dan Maimun, pada Yusuf. Dia memang terhitung unik dan lain dari yang lain, sejak SD dahulu kala.

Sejak dulu, Yusuf memang tergolong pria yang sensitif terhadap persoalan-persoalan yang bersifat pribadi, begitu juga yang berhubungan dengan pasangan hidup.

Yusuf juga orang yang sangat pemilih. Ini terbukti dari kasus terakhir, ketika Syahrul dan Maimum memilih menikah dengan gadis pilihan orang tuanya yang pas-pasan. Yusuf malah menolak dengan alasan belum menemukan dambaan hati yang cocok dengan seleranya. Namun tentu saja bukan karena kelebihan fisik yang dicari, tetapi juga kecantikan hatinya alias baik budi dan sopan santun.

Tapi, menurut Syahrul dan Maimun, wanita yang cantik lahir dan batin, tentu susah dicari di akhir zaman ini. Wanita seperti itu, dinilai cuma ada dalam film-film. Dan yang berhasil mendapatkan wanita yang ’sempurna’ dengan kriteri seperti tadi cukup sulit, dengan perbandingkan satu perseribu. Imbasnya, jadilah Yusuf seperti sekarang, tidak juga laku-laku.

Kembali pada sosok Wak Dirman yang dari tadi belum juga menemukan solusi menyangkut masa depan anaknya. Dia tampaknya hanya mampu menarik nafas dalam-dalam. Yusuf boleh saja pernah jadi aktivis kampus di Unsyiah, namun untuk urusan asmara, sepertinya dia masih harus banyak belajar dari ayahnya, pikir Wak Dirman.

”Yusuf harus di Samsul Bahri-kan segera rupanya,”ungkapnya singkat. Maimun dan Syahrul yang mendengarkan hal ini, jelas melongo, tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh ayahnya teman akrab mereka tersebut. Namun Wak Dirman sendiri tidak punya waktu untuk menjelaskan hal ini. Dia langsung menderet sepeda ke arah balai desa.

***

Tanggal pernikahan Yusuf akhirnya ditetapkan. Dia akan dinikahnya pada 12 Desember depan. Kabar bahagia ini langsung menyebar cepat hingga pelosok kampung, dan tentu juga sampai ke telinga Maimun dan Syahrul.

Kedua sahabat Yusuf ini, jelas saja terheran-heran mendengarkan kabar heboh tersebut. Pasalnya baru seminggu lalu, Wak Dirman menanyakan persoalan tersebut pada mereka. Lebih shocknya lagi, calonnya Yusuf tersebut adalah Yanti, anak pak Sekdes.

”Kok bisa ya ? bukannya Yanti berkali-kali pernah menolak si Yusuf mentah-mentah. Tapi kok sekarang tiba-tiba jadi mau,”tanya Maimun pada Syahrul.
”Aku juga tidak habis pikir. Kok bisa jadi begini,”tutur Syahrul lagi merana akibat merasa kalah saing sama Yusuf.

Jika jadwal pernikahan Yusuf membuat Syahrul dan Maimun cemberut, tidak demikian dengan calon pengantin itu sendiri. Sifat Yusuf yang dulunya suka cemberut kini hilang total. Sejak Yanti mau jadi calon isterinya, kini dia malah sering terlihat tertawa. Parahnya, Yusuf kadang-kadang tertawa tidak sadar tempat, baik di warung makan, lapangan bola hingga WC. Penduduk di kampung mulai berbisik-bisik, kalau Yusuf di santet orang yang tidak suka dirinya menikahi anak pak Sekdes.Yang disusahkan dari peristiwa ini, tentu saja Nek Laila dan Wak Dirman, hehehe.

0 komentar:

Posting Komentar

Setiap pengunjung blog ini dapat mempostingkan komentarnya sesuai pendapat masing-masing mengenai isi blog ini. Pengelola berhak menyunting setiap komentar yang berbau SARA dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kritikan yang demokratis.

 
Free Host | lasik surgery new york