Sabtu, 23 April 2011

Menanti Makna Dibalik Taubatnya Sang Pengembala


Hari itu, Jum’at (22/4) bertepatan dengan hari paskah bagi umat Kristiani. Namun Zainuddin bersama 129 pengikutnya justru memadati Mesjid Raya Baiturrahman Kota Banda Aceh. Sang pengembala itu berikral untuk kembali kepangkuan islam.

Zainuddin memakai baju biru, berpeci serta sarung. Demikian juga dengan ratusan pengikutnya yang datang dari berbagai daerah, seperti Matang, Sigli dan Lhokseumawe serta Langsa. Jika dilihat sekilas, mereka seumpana alumni dayah atau pesantren yang baru selesai turun pengajian.

Rata-rata dari pengikut Millah Abraham memakai baju merah dan biru seperti halnya Zainuddin, sang ’pengembala’ mereka selama ini. Para pengikut ini juga masih terlihat polos dan berumur rata-rata 19 hingga 25 tahun.

Pada awal-awal pensyahadatannya, pengembala itu dengan tutur kata yang relatif lembut mengaku bersalah karena ajaran sesatnya selama ini. Dia berjanji akan meninggalkan semua yang ajaran yang pernah dia pelajari dan diajarkan pada orang lain.

"Selama ini saya berguru pada orang yang salah. Oleh karena itu, saya akan menyatakan pada pengikut, bahwa ajaran yang selama ini saya berikan pada mereka selama ini, menyimpang dari yang sebenarnya," katanya.

Beberapa pengikut yang mendengarkan pengakuan ini tertunduk, ada juga yang menatap tiang-tiang mesjid dengan padangan yang kosong. Tapi, sebahagian besar dari mereka terlihat bersikap wajar, seolah-olah tidak terjadi apa-apa selama ini.

Zainuddin berkisah dirinya sempat menetap di Jakarta. disana, dia pernah berguru pada seseorang yang memandang semua agama di dunia memiliki posisi sama. Pria itu juga membahas Injil, Taurat, Zabur dan Al-Quran, secara bersama yang kemudian diajarkan kepada dirinya dan diteruskan pada ratusan para pengikut baru di Aceh.

“Setelah di penjara saya banyak bersujud dan solat malam. Saya bermimpi bahwa apa yang saya ajarkan selama ini tidak sesuai dengan Al-qur’an dan Hadist. Setelah kenjadian itu, saya berbicara dengan polisi dan meminta untuk dikembalikan ke ajaran islam, termasuk mengajak pengikut untuk taubat,”ungkap dia yang mengaku sangat menyesal.

Diluar ikral tersebut, kenjadian yang menimpa Zainuddin ini sebenarnya sungguh mirip dengan kisah Ahmad Musadeq, pimpinan aliran Al-qiyadah Al Islamiyah yang pernah mengaku rasul pada awal-awal tahun 2006 lalu. Tetapi, karena banyaknya ancaman saat itu, dirinya kemudian mengaku bertaubat, pada 9 November 2006.

Didampingi dengan tiga tokoh ulama nasional, KH Agus Miftach, Bachtiar Aly, Said Agil Siroj, dan tim dari MUI, akhirnya Ahmad Mushaddeq menyatakan pertaubatannya di Mapolda Metro Jaya. Pertaubatannya ini disusul dengan taubat massa ribuan pengikutnya pada tempat-tempat yang berbeda.

Aliran yang pernah dibawah oleh Ahmad Musadeq pada tahun 2006 lalu dengan yang diajarkan oleh Zainuddin memiliki banyak kesamaan 100 persen, demikian juga nasib mereka berdua. Bahkan, nabi yang diakui oleh Zainuddin dan pengikutnya adalah Ahmad Musadeq.

Kini, dua sosok pengembala ini ’mengaku’ telah kembali bertaubat. Di masa Ahmad Musadeq, biarpun dirinya di bui selama 5 tahun karena melakukan penistaan agama, ajaran yang pernahnya diajarkan tetap berkembang hingga ke Seramoe Mekkah. Sedangkan makna dari taubat Zainuddin masih ditunggu ’harap-harap cemas’ oleh masyarakat Aceh.

Sedangkan Kapolresta Banda Aceh, Armen Syah Thay menyatakan, pihaknya akan tetap memproses hukum terhadap Zainuddin yang telah melakukan penistaan agama. ” Mereka akan diancam dengan hukuman penjara paling lama 5 tahun sesuai pasal 156 KUHP tentang penistaan agama,”ujar dia.

0 komentar:

Posting Komentar

Setiap pengunjung blog ini dapat mempostingkan komentarnya sesuai pendapat masing-masing mengenai isi blog ini. Pengelola berhak menyunting setiap komentar yang berbau SARA dan tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kritikan yang demokratis.

 
Free Host | lasik surgery new york